Postingan

SIMBIOSIS

Isi kepalaku berisik sekali. menanyakan hal-hal yang aku sendiri pun tidak tau jawabannya. Aku memiliki banyak teman, relasiku cukup luas. tapi hal ini membuatku bertanya, teman sebanyak itu apakah ada yang benar-benar tulus menjadi teman? Bahkan selama ini aku tidak benar-benar memiliki tempat ternyaman untuk bercerita, seperti tak ada ruang yang mampu dipercaya.  atau mungkin selama ini pertemanan yang terjalin semata-mata karena kebutuhan sosial saja? kebutuhan aku untuk bertahan hidup sebagai makhluk sosial? tapi, adakah yang benar-benar tau dan mau mengerti kondisiku? adakah yang siap menerima segala kelebihan dan kekuranganku? atau mungkin, selama ini aku hanya excited sendirian dalam berteman? bertahun-tahun aku selalu menempatkan pertemanan pada prioritas utama dalam hidupku. aku selalu merelakan hal-hal penting hanya untuk mempertahankan sebuah pertemanan. dan pada akhirnya aku selalu merasa sakit, ketika ekspektasiku yang tinggi tidak benar-benar aku dapatkan.  Hara...

Senyum manis yang kembali terpancar

 Hai.. Akhirnya kita bisa bertemu kembali. senang rasanya bisa kembali senyum sapa walau hanya sebentar.  Mungkin akan sedikit hambar rasanya jika pertemuan kali ini tak ada kehadiranmu. Setiap sudut tempat mataku tak berhenti mencari keberadaanmu,  sampai pada akhir nya tepat di depanku senyum itu kembali terlihat.  Sekian lama aku menunggu, berharap bisa seperti dulu, walau nyatanya ada sedikit perbedaan tapi percayalah melihatmu adalah hal yang selalu membangkitkan semangatku.  Tapi entah kenapa, setiap kali pertemuan itu berakhir rasanya aku selalu dihadapkan pada perasaan yang memaksaku untuk ikhlas, mengingatkanku bahwa cinta ini harus di bungkam.  Aku benar-benar tidak mengerti. Tentangmu, perasaanmu, dan juga perasaanku. Apakah kamu juga menyimpan rasa padaku? atau hanya sekedar penasaran saja? atau mungkin, perasaan itu hanya sesaat?  Entah lah.. aku tak berhak mempertanyakan hal konyol itu padamu.  Tapi terima kasih untuk pertemuan hari ...

Tak berdaya

 Kali ini aku benar benar dihadapkan pada situasi yang tak mengenakkan. Untuk sekian kalinya aku ingin mengakhiri semua ini, tapi rasanya begitu sulit. Aku hanya ingin menjadi manusia normal, menjalani hari dengan penuh keceriaan. Aku hanyalah manusia yang tak berdaya untuk saat ini, memendam semuanya sendiri. Habis semua tenaga, dan semuanya terasa sia sia. Mengapa keberuntungan tak selalu berpihak padaku?  Tuhan.. jika memang dosa yang sudah kuperbuat menghambat semuanya, tolong permudah. Langkahku masih panjang, ada sosok yang harus aku perjuangkan.

diri yang bimbang

 Pertemuan itu mengapa membuatku kembali mengingatmu? padahal aku sudah bersih keras melupakan semua tentangmu. Aku sadar, aku hanya sebagai tempat bersinggah. Tak sepantasnya aku menaruh harapan lebih padamu. Tapi tatapan teduh itu membuat aku kembali bersemangat, apakah ini salah? lalu apa yang harus aku lakukan?  Sejujurnya aku begitu merindukan senyuman itu. Di sisi lain, aku bukan tujuanmu. Memalukan sekali memang, untuk kesekian kali aku bertaruh dengan cinta dalam diam. Mengapa perempuan hanya bisa memendam rasa? sedangkan pria, mereka begitu leluasa dalam memilih dan mengungkapkan sebuah rasa?

A

  Beberapa tahun lalu, aku mempunyai seseorang yang sangat spesial.  Cinta itu berawal dari bangku SMP, banyak hal yang aku tahu tentang dia begitu pun sebaliknya.  yaa.. dia adalah orang pertama yang benar benar memberikan memori berharga dalam perjalanan hidupku.  Aku begitu beruntung pernah mengukir kenangan manis bersama nya.  Walaupun perpisahan kita dilandaskan dengan kesalahpahaman, benci, dan kecewa tapi aku sadar dejavu itu masih ada.  Semuanya begitu membekas, padahal sesekali aku mencoba untuk ikhlas.  Bahkan untuk saat ini, aku masih ingat dengan jelas hal hal tentangmu. Dan sekarang aku tidak menaruh perasaan cinta itu lagi karena kamu sudah mempunyai pengganti dan bahkan mungkin lebih daripada aku.  Tapi, apakah aku salah memandangmu sebagai sosok yang berbeda?  Sosok yang selalu aku ingat dengan berjuta hal konyol didalam nya. Mungkin aku berada pada titik dimana mencintaimu adalah hal yang mustahil. Percayalah, kamu berbeda. A...

Pertemanan

 Saat ini tiada tempat untuk bertukar cerita, memendam rasa sendirian. Tak ada yang bisa dipercaya, apalagi diandalkan. Aku sudah muak dengan lingkaran pertemanan yang penuh dnegan kepalsuan. Sungguh menyakitkan.  Bertahun-tahun dan aku harus tetap bertahan. Memberontak pun aku tak berdaya. Yang bisa kulakukan hanya diam, karena aku tau bagaimana rasanya tak dianggap dan dikucilkan. Tak ada tempat ternyaman untuk aku menangis. Menceritakan derita yang sudah ada sejak lama. Lagi-lagi aku dituntut untuk menjadi kuat. Bahkan mereka tak tau, terkadang aku juga butuh dikuatkan. Tuhan... Tolong dengarkan ceritaku, do'aku yang setiap saat kupanjatkan. Aku tidak pernah membencimu pada takdir yang sudah menjadi milikku. Tapi sampai kapan aku harus bersabar?

Terima kasih

 Hai! Apa kabar? Sudah sekian lama kita berhenti berkomunikasi. Untuk saat ini, aku sudah berhasil menahan perasaan itu. Perlahan aku sadar, tidak semua cinta harus terbalaskan. Dan untuk episode jatuh cinta kali ini sedikit berbeda, banyak hal positif yang aku dapati. Aku banyak tergerak untuk memperbaiki diri, memantaskan diri agar bisa setara denganmu. Walaupun aku tak begitu mengetahui akhir dari cerita ini seperti apa, tapi sungguh ini adalah jalan terbaik untukku dalam mencintai seseorang.  Terima kasih.